Minggu, 15 April 2012

maafkanlah

Lancar saja aku berjalan dalam kebodohan ini. Segalanya ku arungi dengan cinta pertentangan, bukan kedamaian. Meleburkan kesanggupan untuk menatap keindahan, begitulah aku yang terpedaya oleh keficikan. Sesungguhnya pengalaman sedang menanti aku untuk memahami uraian  maaf, dariku untukku, dariku untuk mu, dan dari mu untuk ku.


KITA bukan insan yang dipersatukan dan bukan pula yang dipisahkan. Hanya saja pernah terpaut dalam cinta yang sekejap. Dan terurai dalam peralihan.Tepat atau tidak tepat bukan lagi pembahasan yang harus selalu rapat.


Sama merasa pernah menyakiti dan disakiti, mengecewakan dan di kecawakan. Sama tahu rasa sakit dan kecewa. Karena pernah tahu bagaimana itu bahagia. Bukankah putih sempurna menjadi, ketika ada hitam?.
Si hitam yang selalu disalahkan, sudah saatnya untuk kita maafkan, terlebih oleh aku yang selalu menghukuminya.


Ribuan maaf sering aku dengar dan dendangkan, namun hakikatnya belum pernah aku temukan. Bukan karena si hitam yang aku tentangkan, tapi karena dinding waktu yang pernah menguntai hari indah itu. Selalu mengingatkan betapa sempurnanya aku disana, ingin selalu begitu bukan begini.


Pantaskah aku memohon maafmu?.Sahaja bibir ini lentur dengan sunggingan yang mematikan senyummu. Betapa berat kamu memikul beban lontaran buruk dariku. Tatapan sinisku, merayap pada wajah teduhmu. Kamu sering mengalami, segala sikap burukku.
Pantaskah aku dimaafkan?. Banyak sudah harimu yang ku ukir dengan luka hingga detik ini sebelum aku titipkan salam maaf ini.


*************************
Setia dalam do’a, Kita berupaya untuk selalu menetapkan budaya saling mengindahkan dalam doa. Sama menghadapi dunia dengan ragam cita yang mulia. Penuhi hari dengan cinta karena KITA manusia yang dibekali fitrah mahabbah. Tiga rangkaian yang aku harapkan, kelak setelah aku dimaafkan.

Maafku.. **
_Thrusday, 13 April 2012  00:21_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar