Jumat, 12 Oktober 2012

Sebagai apa aku hadir?


Dari sudut “kun fa yakun” lah aku lahir menjadi ‘Satu’. Satu dari sekian yang dikehendaki ALLAH untuk berdiri menjadi makhluk. Satu bukan berarti satu-satunya. Tapi, Satu kesatuan utuh yang dibekali fitrah lahir dan batin. Aku tercipta atas nama cinta Sang Pencinta, tercatat dalam gudang takdir  lauhul mahfudz.
 
Aku diutus ke dunia untuk menemui do’a dua insan yang sudah menegakkan separuh agamanya. Tak lain, mereka adalah sepasang dara yang saling mengikat waktu untuk melengkapi lembaran hidup dengan ketaatan pada ALLAH. Aku diturunkan untuk menjadi jawaban atas janji ALLAH “Ud’uuni astajib lakum”.  Karena aku selalu dihadirkan dalam tiap simpuh yang menggumam bersama air mata permohonan mereka. Aku adalah kebangkitan dari setiap penantiannya yang terhimpun dalam sujud dan bermuara di dinding kiblat.  Akulah jawaban, dan do’a mereka adalah jalan pengantarku menuju dunia.
 
Aku sebagai kabar gembira yang dikirimkan ALLAH kepada kedua orang yang beriman, tentang buah cinta yang bertaut dalam ridhaNYA. Sebuah persembahan mulia untuk membedakan mana yang saling memiliki atas restu ALLAH dengan yang tanpa restuNYA. Aku adalah mimpi yang berwujud nyata, karena aku diciptakan sebagai anak manusia. Aku terlahir sangat kecil, tapi aku serupa besar bagi mereka. Karena aku adalah ‘amanah’ yang tertancap di pundak, harus dipedulikan, dibesarkan hingga sampai pada saatnya aku mengenali siapa Pencipta alam semesta.
Aku adalah jiwa yang digenggam tatapan kasih sayang, begitu hangat dan dalam. Karena, bagi mereka aku penyempurna langkah menuju tepi, menghapus keraguan  terhadap semesta. Aku ditetapkan sebagai penyebab kebahagiaan, menjadi pendahulu cita-cita baru mereka menuju keluarga sakinah, mawadah dan rahmah. Aku inti ucap syukur mereka yang tidak akan pernah berubah, karena aku pewaris pertama dari perjuangannya. Aku adalah puteri sulung untuk mencegah perselisihan antara generasi penerusnya. Aku permanen dalam status, tidak berubah dalam kondisi apa pun, tetap menjadi sulung.

Aku adalah keceriaannya dalam sedih, bingung, dan kondisi sulit apa pun. Aku pun penjaga keduanya dari sikap putus asa. Karena aku dianugerahkan untuk menghidupkan fungsi semangatnya. Aku adalah bagian dari kesenangannya yang mendasar, tak berbatas. Memiliki sebagian  dari samudera cintanya yang dalam, luas, tak berombak. Desir tiap bait doa-doanya di sepertiga malam. Dan aku adalah keresahannya ketika jauh dari pandangan. Juga  air mata mereka dalam kerinduan dan harapan.
 
Aku adalah segelintir harapan untuk menjadi langit. Langit yang megah, istimewa, memiliki kekuatan besar serupa sempurna. Tak bernoda, indah dan menjadi satu keindahan untuk dimiliki. Luas dan menyimpan banyak rahasia. Bersih, biru dan berseri bersama awan yang berarak. Bersuka ria membentangkan diri seluas-luasnya, sebahagia-bahagianya, tak takut kehilangan sesuatu apa pun.
 
Aku adalah tunas yang lunak. Hanya akan tumbuh jika bersanding dengan sesuatu yang menguatkan. Aku adalah atom yang terus berputar mengikuti poros peralihan, semakin dekat dengan detik penghujung usia, begitu juga mereka. Satu yang aku khawatirkan, jika waktu tak berpihak pada aku dan mereka. Tak tergambar apa yang akan terjadi, jika hari mulai sunyi tanpa kabar dari keduanya dan ucapan terimakasih belum sempat aku desiskan. Sementara aku masih termangu menatap cita, belum mampu menggenggamnya untuk dipersembahkan. Kalimat rindu hanya bisa dititipkan lewat rentetan huruf hijaiyyah yang aku bacakan. Untuk bertemu pun hanya berlaku dalam mimpi yang terlempar di sudut ruang tanpa sadar. Saat semua kisah hanya bisa diresapi dalam kenangan, tentu hanya penyesalan yang bersahutan.
 
Sempat terfikir, akan seperti apa diriku tanpa mereka?. Sedangkan aku adalah pecandunya. Untuk apa juga aku dilahirkan?, jika tak mampu menjadi apa yang mereka inginkan. Oh, itu semua bukan tuntunan yang ditanamkan cinta, bukan pula keutamaan. Aku dilahirkan dalam naungan agama yang beretika. Aku adalah kenyataan, bukan ilusi yang terhimpun dalam ingatan. Tentang ‘sebagai apa aku hadir?’ sudah termakna dalam ayatNYA “Inni jaa’ilun fi al-ardhi khalifah” (sesungguhnya AKU (ALLAH) akan menjadikan manusia khalifah di muka bumi). Maka, aku adalah kepingan dari wujud bala serdadu, tercipta untuk setia mengikuti ajaran yang diwariskan ALLAH kepada RasulNya.

Kamis, 17 Mei 2012

Not too crazy,,

Seperti apa aku nanti?. Biar ku simpulkan mulai hari ini.
Mengapa aku seperti ini?. Bagaimana jika nasib berkata lain?.
Akankah aku lebih terpuruk? Atau terus menganggap dunia bisa ditaklukan?

Bukan karena kurang perhatian semesta. Bukan juga karena ketidak adilan dunia. Masih karena keterampilan nakal masa remaja. Habis dikuasai gengsi. Rengkuh mengabdi pada kebohongan pribadi lain. Memilih alur diluar batas kesanggupan. Mengabaikan do'a dan penantian orang tua. Mengagumi alam angan yang ditawarkan pribadi lain. Menganggap kebaikan hidup ditengah nuansa bersama pribadi lain.
Sejauh itu aku melangkah. Hidup mempertaruhkan nilai. Berakhir dengan usai tanpa mengembalikan nilai.

Kesadaran memang selalu datang terlambat. Karena ingin disemat sebagai penyelamat.
Tapi tidak bagiku. Kesadaran tidak lebih dari penghianat. Meninggalkan doa jauh sebelum raga ini terbiar dihinakan.

Tentang "siapa pribadi itu?", cukup mengenalnya sebagai pengantar mimpi buruk.
Hidup dengan sisa bening pun aku bersyukur. Tidak sampai pada titik lupa diri.
Aku mulai belajar memahami arti harga diri. Setelah kian lama aku hidup dalam kebodohan.

Sabtu, 05 Mei 2012

Post to Sampan..

Going on terlupakan, sikap egois hanya berpihak pada ketidakpastian. 
Sulit bagiku untuk berpesan pada masa depan, bahwa tidak ada istilah penyesalan,
atau pun penyesuaian dengan keadaan.

CUKUP,,!!!!!
Bukan berarti harus aku bawa sampai 'kapan', karena ini akan membuatku lebih sangat tidak berarti.
Sementara, pundak letih memikul titipan 'semoga'.
Sampai pada akhirnya, sekarang tetap saja menjadi titisan 'perkara'.

Lebih baik aku berbicara pada sampan
Sampan..!!
Yuk kita beranjak dari kesan tak berdamai..

Senin, 30 April 2012

UJIAN vs INGIN PULANG


Seperti hari yang menanti sinar mentari, aku murung dalam tempurung kerinduan. 
Menghitung hari hingga penghujung bulan penghabisan. 
Kapan saatnya tiba?. 
Mampukah aku meraih kemenangan atas perjuangan melawan kerinduan?.

Didepan layar aku berperan menjadi periang. Merayu teman-teman ikut tertawa riang. Membiaskan beban yang sedang bersandar. Seakan aku jauh dari bayang 'pulang'. 
Sebenarnya aku sakit, tahu kenapa?. 
Aku terpasung 'rindu kepalang'. Nafas pun tersendat oleh ingatan tentang mimpi semalam. 
Lama aku bahagia dalam mimpi, bangun pagi pun aku enggan. Karena disana aku bertemu keluarga. Aku menjadi ratu kebanggaan.
Aku, seorang anak sulung yang dirindukan dan disayang keluarga, kembali ke pangkuan mereka, di rumah bahagia akhirnya kami bisa bersama jua. 
Bukan sebatas itu, aku pun kembali menyapa keluarga kedua. Sama seperti kenyataan setahun yang lalu, dalam mimpi itu aku menjadi putri yang dinanti, disambut dengan juta rasa rindu dan kasih dari mereka. 
Layak bagian dari keluarga mereka, aku sangat baik diperlakukannya. 
Subhanallah wal hamdulillah, tak henti bibir ini melenturkan kalimat pujian bagi ALLAH.

Sekuat apa pun aku bertahan dalam mimpi semalam, tidak mejadikan aku ikhlas dengan rindu. Tetap saja beban ini membuncah hingga menggerogoti keteragaran. Sunting menangis, karena aku masih berhadapan dengan 'ingin pulang'.

Sekitarku, jadwal ujian sudah menjadi kepastian, dalam sekejap aku akan bertemu hari-hari yang menegangkan. Duduk dalam ruang penentuan, apakah aku lolos atau harus kembali mengulang materi yang diujikan?. Dan ini bukan bayangan, namun hasil yang tidak bisa diprediksikan. Ini nyata, bukan  tebak-tebakan. Nah, gimana tuh, masih mau jadi budak si murung?

Yaa,, Bukan saatnya aku menghabiskan waktu untuk merenungi kerinduan. Sebenarnya saat ini sedang mengantar aku untuk sampai pada saat yang dinanti. Semua akan berakhir pada kemenangan. Jadi, kesempurnaan yang akan di dapatkan, tak mesti hancur karena keinginan saat ini yang tidak bisa dihindari. Nafikkanlah, bersabarlah, bergeraklah untuk mewujudkan doa dan usaha segenap keluarga tercinta.

Aku harus belajar mencintai apa adanya aku sekarang.
Aku harus berusaha mencintai keadaan sebenarnya sekarang.
Aku harus lebih mencintai masa depan yang sudah aku rancang.
Aku harus menikmati gejala besar dan kecil yang sedang dan akan menyentuh perjalanan.

Selasa, 24 April 2012

Bukan Say Good Bye..

Mustahil..
Jika aku mengingkari kebenaran pilihan hati.
Hanya,, mungkin untuk sekarang, sebelum aku dilegalkan. Akan ku nafikkan pelbagai rasa.
Baik itu  harapan, ketulusan, keikhlasan dan juga rasa kagum yang mengarah.

Jauh di balik nalar anganku,,
ada aroma yang meyakinkan bahwa rasaku akan nyata, dan KITA kelak akan bersama.

Aku tahu,,, Tuan..
memang berat bagimu mengungkapkan kebenaran rasa.
Sebenarnya, kamu pun sama seperti halnya aku, memiliki itu.
Hanya saja, kamu belum mampu meng-ikrarkan janji sebagai bukti rasamu.
Tuan,, aku mengerti..

Biarkan aku hidup untuk menantimu Tuan,,
Aku kuat bertekad dengan penantian,
Tanpa merasa lelah.
Karena...
Aku tahu,,KITA masih setia pada naluri dan perasaan

Maafkan aku Tuan..!!
langkahku sekarang akan membunuh kebersamaan.
Saja, aku ingin menjaga hakikat fitrahnya cinta
Tak ingin menodai bahkan merubah wujudnya jadi bangkai bernyawa.
Karena, semakin KITA dekat dan rapat dalam pertemuan, cinta itu semakin samar.
Seperti apa yang selalu kamu katakan :
Jangan sampai kita sulit membedakan, apakah ini cinta atau nafsu?

Sementara aku ingin menjadi asing di hadapanmu.
Namun, kamu selalu indah dalam doa-doaku, Tuan..
Biarlah rindumu ku sapa lewat bisikan tak bernada.

Atas nama ajaran dan kesucian, ku pilihkan JARAK sebagai penghubung jalan KITA.
Sampai jumpa Tuan,, di masa pelepasan kesendirian nanti.

Berdayu karena rindu


Malam itu, aku berkisah tanpa bicara. Hanya mengerutkan dahi dan menundukkan kepala. Mataku sebam karena air mata. Dan dadaku semakin sesak mengatur nafas.
Kemudian,,Ibu mengizinkan aku bicara kenyataan. Dia mendengar, dan tak henti mengikuti cerita yang aku paparkan.
Semestinya aku mengerti, gumpalan dan beku hati tak harus aku ceritakan. Tapi, aku bukan wanita dewasa yang bijak mengambil keputusan.

Tambat hatiku dipelihara oleh keraguan. Pilihan yang dihadapi, yaitu peluang dan keinginan.
Keduanya tidak bisa aku tinggalkan. Keduanya ingin aku kendalikan,,
Namun, tak mungkin aku padukan.
Ibu mengerti tentang apa yang aku dendangkan. Dan ibu menemukan pencerahan untuk mengobati resah hatiku. Hingga, aku jatuh cinta pada satu pesan sebelum ia menutup percakapan.
Lihatlah betapa luasnya kuasa ALLAH, tidak ada sesuatu pun di luar kekuasaanNYA, berbaktilah untuk meraih ridho ALLAH semata. Tentukan pilihan pada apa yang membuat orangtua bangga dan senang.

Memar wajahku, seakan dilempar bebatuan.
Shalatku, Ibadahku selama ini kemana?.
Sekedar menyadari kekuasaan dan pencapaian ridha ALLAh saja mesti di ingatkan oleh Ibu.


Mamah,,nobatkan aku sebagai anak solehah hingga penutup usiaku.
Merindukanmu mamah, andai saja aku bisa melewati untaian bukit dan samudera dengan sekeping logam. Akan ku jemput dan tempatkan mamah disampingku saat ini.

Selasa, 17 April 2012

Warna untuk Usia Baru


Warnaku mesra dengan irama
Temani yang berlalu, bukan lewat bahasa

Yaa, merah itu warna ku
Merah semangat menggebu
Menjemput hari yang sudah lama aku tunggu

Hari??..
Iya dialah hari
Hari dimana nyawaku akan  tersipu
Malu terhadap lalu yang lugu

Dulu,,
Sebelum lelah menutup jejak
Langkah ku menyisi pada luang
Dan luang itu detikku yang merindu
Rindu merubah hidup yang mengambigu

Sadar,,
Hanya merah yang memberi arti
Bahwa hidup tidak selamanya semu
Hingga aku mulai bermain dengan ilmu
Tuk temukan hari menuju ridho sang waktu

Semoga,,
Semua sadarku bukan sekedar bahasa kalbu
Namun meluap dan meresap dalam doa serta usaha
Dan tawakkal tak akan ku ragukan
Karena aku berjalan atas dasar kehendak Tuhan

­_selasa, 17 april 2012_

Minggu, 15 April 2012

maafkanlah

Lancar saja aku berjalan dalam kebodohan ini. Segalanya ku arungi dengan cinta pertentangan, bukan kedamaian. Meleburkan kesanggupan untuk menatap keindahan, begitulah aku yang terpedaya oleh keficikan. Sesungguhnya pengalaman sedang menanti aku untuk memahami uraian  maaf, dariku untukku, dariku untuk mu, dan dari mu untuk ku.


KITA bukan insan yang dipersatukan dan bukan pula yang dipisahkan. Hanya saja pernah terpaut dalam cinta yang sekejap. Dan terurai dalam peralihan.Tepat atau tidak tepat bukan lagi pembahasan yang harus selalu rapat.


Sama merasa pernah menyakiti dan disakiti, mengecewakan dan di kecawakan. Sama tahu rasa sakit dan kecewa. Karena pernah tahu bagaimana itu bahagia. Bukankah putih sempurna menjadi, ketika ada hitam?.
Si hitam yang selalu disalahkan, sudah saatnya untuk kita maafkan, terlebih oleh aku yang selalu menghukuminya.


Ribuan maaf sering aku dengar dan dendangkan, namun hakikatnya belum pernah aku temukan. Bukan karena si hitam yang aku tentangkan, tapi karena dinding waktu yang pernah menguntai hari indah itu. Selalu mengingatkan betapa sempurnanya aku disana, ingin selalu begitu bukan begini.


Pantaskah aku memohon maafmu?.Sahaja bibir ini lentur dengan sunggingan yang mematikan senyummu. Betapa berat kamu memikul beban lontaran buruk dariku. Tatapan sinisku, merayap pada wajah teduhmu. Kamu sering mengalami, segala sikap burukku.
Pantaskah aku dimaafkan?. Banyak sudah harimu yang ku ukir dengan luka hingga detik ini sebelum aku titipkan salam maaf ini.


*************************
Setia dalam do’a, Kita berupaya untuk selalu menetapkan budaya saling mengindahkan dalam doa. Sama menghadapi dunia dengan ragam cita yang mulia. Penuhi hari dengan cinta karena KITA manusia yang dibekali fitrah mahabbah. Tiga rangkaian yang aku harapkan, kelak setelah aku dimaafkan.

Maafku.. **
_Thrusday, 13 April 2012  00:21_

Jumat, 30 Maret 2012

Go,, Learn..!!!!

Mari sejenak untuk mengalah
Sebentar saja
Yakin,,
Ini tidak akan terlalu payah

Tinggalkan fana, duhai..!!
Ambil aroma bernyawa
Karena ku tahu
Kebenaran lah yang kamu butuhkan
Bukan ngeri karena ketakutan

Mengapa harus lupa?
Siapa itu Pencipta
Kokoh saja upaya demi kepentingan
Acuh,,
Dan menentang sabda

Ingin segalanya?
Yang seperti apa?

Percayalah,!!
Kamu akan selamat
Ketika berjanji sampai waktu
Selamanya untuk mengabdi
Dengan kesungguhan
Dan inilah sebenar dari segalanya

Rabu, 28 Maret 2012

USAI


Aku bukan manusia sebangsa setan,
seperti KAMU wahai PENGKHIANAT kebersamaan.
Pun melupakan bukan rangkaian yang menyulitkan,
karena KAMU tlah membina perselingkuhan.

Mataku tak elok melihat keanggunanmu,
lenyap seketika dalam dusta yang selalu KAU puja.
Harummu bukan lagi wanita,
tak ubahnya bisa ular pemusnah nyawa.

Wahai wanita penghamba dusta..!!!
Sembah lukaku sebelum KAU mengabdi pada derita,
Jangan sombong, berlaku lugu tak peduli dengan dosa.
Pura tak berdaya, seolah air mata penebus semua bencana.


Ingat..!!!!!!!!!!
Silam itu sudah ku hapus.
Kini, KITA hanya kenangan sebuah untaian,
Kamu adalah sang MANTAN, bagi aku pemuja persahabatan.
Tak ada kesatuan seperti dulu yang pernah tayang.

Layak belaian, yang usam kala usai.
Begitulah KITA yang hilang dalam kebusukan.

Kamis, 15 Maret 2012

cekat dalam kosong


           
Air mata terus berpesta. Merayakan kemenangan atas retak hati yang mengular. Tuan, tak seorang pun tau betapa tersiksanya aku, yang  ingin tetap terpegang erat di tempat itu, menyilang percakapan merdu bersamamu tuan. Sudah aku membuat sudut sebuah pemahaman, untuk mengerti bahwa belahan jiwamu bukan lagi aku. Telah terganti dan membawamu pergi. Tapi, seketika mataku menyemburkan larva tak berdamai. Bagaimana mungkin ku sembunyikan murka, nyata kau tiada tanpa sapa, meninggalkan secarcik janji merah jambu untuk ku hisap di batas antara dunia dan mimpi.  Mengapa kau mudah berlalu dan begitu tuan. Tanpa tahu, alasan merenggutmu dari genggaman, pun belum sempat kau tanya dengan siapa aku mau, lantas kau paksa aku sendiri hingga penghujung hari ini.

Aku bertahan memejam mata, ingin menebus kerinduan kebersamaan denganmu tuan. Mungkin aku bukan wanita biasa yang anggun dalam penantian. Aku  selalu bicara pada sepi, dan mencarimu di kota yang tak lagi kau tinggali. Aku pun hijau memeluk ingatan tentang birumu, mengikuti  jejak  tatapan matamu yang teduh bermain di setiap ceria. Kamu memang istimewa tuan, ditetapkan sebagai pemuncak sebenar lelap. Dengan wewangian khas malammu, kau sempat semat aku pada tautan bersimpa seprai. Dan aku luruh menikmati bisikan keteguhanmu, yang  meyakinkan aku, bahwa aku selalu ada pada jiwa yang berbisik.

Lalu fikiranku melambung jauh pada suatu malam. Di kotamu aku tiba, berdiri diantara penumpang yang berkeliaran. Dimana aku menunggu kamu yang sejati temani aku dalam telepon genggam. Lama aku terpaku di bawah gerimis dan kegelapan yang perlahan menghilangkan nyaliku untuk sendiri. Berulang- ulang aku menoleh ke arah berlawanan, mengharap sosok yang sudah lama aku tunggu. Tak ku sangka lambaian tangan dari kejauhan menarik aku untuk menghampirinya. Pertemuan itu nyata, jantungku berdegup kencang. Yakin itu bukan lagi ilusiku yang selalu bermimpi untuk bertemu. Aku gugup bicara kenyataan, dan kamu terlihat gemetar tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Kita tidak saling bicara, hanya saling mengerdipkan kelopak mata memuja keindahan pertemuan pertama kita. Supra roda dua, saksi perjalanan pertama. Perlahan gugupku mencair, kemudian dengan leluasa kamu mencari tau apa inginku. Hingga kita singgah ke sebuah tempat untuk menikmati sate ayam. Tak ada kalimat saling memuji, bersama sudah cukup bukti apa itu keindahan.


Tuan, aku tahu itu hanya lamunku dalam kosong. Laku luguku kala rindu. Lihat tuan, warna merah sudah diujung senja, dan semburat jingga mulai meniup di ujung cakrawala. Aku harus kembali berwisata di kota kehilangan tanpa kebersamaan. Aku harus kembali ke medan pemisah masa depan. Menggunting ranting harapan, biarkan masa lalu hanya bisa memandang dan bersandar pada ranting yang sudah lama kau tanam. Tuan, aku kan terus memusatkan lamunan pada cahaya dan terlentang menatap angkasa. Bersujud pada sunyi, memohon pada hening dan sepi, agar bisa bersua dalam  kosong sejati.

Minggu, 04 Maret 2012

Penantian

Tak cukup menanti tanpa mencari
untuk sampai pada ikatan sejati

Dimana kiranya akhir pelayaran ini?
payah sudah peluhku mencari
jelajahi samudera barat hingga kembali ke tepi
utara selatan tak luput aku selami
demi keteguhan haati untuk tidak bermain api


Haruskah kembali aku menjajaki
buaian rasa dari lelaki tak tahu diri
lantas aku terkhianati
dan biarkan hati terlanjur duri


Tersesatkah engkau
mengapa tak kunjung menemui
please, beri aku satu isyarat
agar tetap tegak berdiri menanti
tak angkuh dalam harap tak pasti

Wahai jiwa yang selalu ku nanti
yakinkan aku untuk tetap disini
bersemi dengan kalam ILLAHI
menunggumu untuk memiliki
kelak kita bersama dalam cinta yang hakiki

Rabbi,, kesaksianMU dalam Ikrarku
_satu hati untuk jiwa yang ku nanti_

Sabtu, 03 Maret 2012

Tentang Ada


Jauh sebelum riwayat
samar dibalut debu lamat,
Aku adalah padang yang semi,
kamu angin yang mengaliri.

Ingat suatu masa yang putih,
Hari dengan kekuatan jejak
dalam kagum aku menjadi tawanan,
Lugu berdebar mengenggam tangan

ketika bulan tiba di musim penghujan,
kita sejati, abadi menanti sinar matahari
Diam, kita disudut beku
Memutar jam tangan
Menebak istilah yang kita harapkan

Namun Ingatan hanyalah jarak,
pemisah detik ini dengan tentang
catatan kalender empat tahun silam
Potret kita yang berdenting setiap malam,
Jelmaan sepasang burung dara
Hidup sederhana dalam tawa.

Rabu, 22 Februari 2012

Istri Tua atau Janda,,???

Kiranya tidaklah sulit untuk membiasakan diri lebih berhati- hati dalam bersikap, lalu mempertimbangkan segala sesuatu akan dampak baik dan buruk di kemudian, demi kehidupan yang layak dengan kesesuaian yang diharapkan dan tidak membuahkan sesal di akhirnya. Namun tidak jarang kita menemukan kesulitan dalam menentukan sikap dengan keadaan yang terdesak. wajar kali yaa??..
__________________________


Seperti biasa, aku dan sahabatku Liza selalu mendongeng sebelum kami meluncur untuk bertemu mimpi- mimpi di malam hari. Tapi ada yang beda dengan cerita kami malam ini, aku pun heran dengan sabatku Liza, tiba-tiba saja dia memberi dua pilihan untuk aku pilih salah satunya.
Neng, seandainya kamu diberi dua pilihan "Menjadi Istri Tua atau Janda", lantas mana yang kamu pilih??..

Aku pun terdiam dan kemudian menghela nafas panjang untuk menjawabnya.
Yaaa, aku tau tampaknya dia serius mempertanyakan ini, tapi naluriku rasanya sulit untuk memilih satu dari keduanya.
Hmm,, ga ada yang aku pilih, dua- duanya beban bagiku..


Heuheu,, jadi gini Neng, kemaren waktu aku silaturahmi ke rumah Ustadz Rohim, beliau cerita tentang seorang janda punya tiga anak yang datang minta dicariin jodoh. 
Ustadz Rohim nanya ke janda itu "sebelumnya ana mau tahu dulu, penyebab anda bisa menjanda karena apa?"
Janda itu jawab gini "habisnya suami saya lebih memilih wanita lain dari pada saya"..
Ustadz Rohim marah ke janda itu sambil bilang "anda bodoh, kenapa harus memilih jadi janda, sekarang anda kesulitan kan untuk menemukan jodoh lagi.. Jadi laki- laki seperti apa yang anda inginkan?, mau yang masih bujangan, duda atau yang sudah beristri?..
Janda itu jawab " kalau bisa yang masih bujangan Ustadz"
terus kata Ustadz Rohim "anda janda punya tiga orang anak, ya susah kalau mau cari yang bujangan. tidak seharusnya anda memilih untuk bercerai dengan suami anda, menjadi istri tua itu bukan cela bagi seorang wanita. Justru dengan keadaan seperti itu kemilau dan kemuliaan wanita semakin tarmpak dihadapan suami dan orang sekitar. Mungkin saja jodoh suami anda bukan hanya anda, tapi ada lagi wanita ke dua, ke tiga bahkan ke empat, tapi jodoh anda hanya suami anda seorang."


Aku hanya termenung dengan perasaan yang tidak menentu, ada kecemasan yang terselubung setelah mendengar cerita dari Liza.
"Ya Allah, sepertinya aku tak mampu jika harus dimadu oleh suamiku nanti"

Lalu kami hubungkan cerita tadi dengan cerita dalam film "Kehormatan dibalik Kerudung".
Memang benar, menjadi istri tua bukanlah cela, justru ada nilai keistimewaan lebih yang tercermin dari kesabaran dan kemuliaan hati istri tua. Sosok Mba Sofia menjadi figur idaman karena kemuliaan hati yang dimilikinya.Memberikan restu kepada suami untuk berpoligami bukanlah hal yang mudah, tapi dia bersedia untuk hidup satu atap dengan istri kedua dari suaminya Irfand.
"Aduuhh,, hatiku tersayat- sayat, aku memabayangkan perasaan Mba Sofia ketika menyaksikan suaminya mengikrarkan janji setia dengan Syahdu."


Siapa pun dia wanita yang sudah resmi menjadi istri, pasti tidak mengingikan suaminya berbagi kasih dan terikat dengan wanita lain. Karenanya tidak jarang para istri lebih memilih untuk menjadi janda dari pada harus dimadu, dengan alasan hati tidak bisa menerima keputusan suami untuk berpoligami.
Namun bukan berarti semuanya telah usai dan keadaan akan lebih baik, kebutuhan dan pendidikan anak harus tetap diperjuangkan. Status single parent dengan beban yang tidak sedikit menjadi kecenderungan untuk mengeluh, selain itu luang lingkup dalam keseharian pun akan kurang bersahabat. Sentilan usil sesekali  mengampiri, fitanah karena kedekatannya dengan laki- laki yang belum halal walaupun hanya sekedar dekat dalam urusan bisnis saja.

Menjadi istri tua atau janda memang bukan pilihan yang sederhana bagi wanita. Sekilas sama- sama memiliki bingkai duri yang jama', sulit berdamai dengan keduanya dan ingin terhindar tanpa menentukan pilihan darinya.
________________________________

Ladies,, sejenak kita lupakan kecemasan dengan status istri tua dan janda tadi. Tenang,, Islam sendiri tidak membiarkan wanita terjebak oleh dilema dalam pernikahan, karena rekomendasi untuk berpoligami bukan berarti ketetapan tanpa ada persyaratan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 3 yang memiliki arti "....... maka nikahilah perempuan yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau hamba sahaya yang kamu miliki. Demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat dzalim".

"ADIL" menjadi syarat utama bagi siapa yang ingin berpoligami, jika suami tidak sanggup untuk berbuat adil terhadap istri-istrinya, Islam pun menetapkan cukup menikah dengan satu istri saja. Apabila suami tetap keukeuh ingin berpoligami, dan kemudian tidak mampu adil dalam memberikan nafkah, perhatian dan memenuhi kewajibannya terhadap istri-istrinya, ya sudah tidak perlu kita gugat janjinya "saya bisa adil", toh sudah jelas ada peringatan dari Allah yang menyerukan mereka untuk tidak berbuat dzolim. Sebagai wanita yang ceritanya lagi terdzolimi ini, cukup dengan bersabar dan sibukan diri memperindah lisan dengan kalimat- kalimat Allah, lalu pergunakan kesempatan baik ini untuk berdoa memohon sebanyak- banyaknya. Do'a (yang baik) orang yang terdzolimi mustajab lho,,heheee 


*Jadi,, apa nih pilihan anda, Istri Tua atau Janda?
heuheuu..

_iseng-iseng_



Jumat, 03 Februari 2012

Kekasih fiLLAH

Maha Besar CintaMU ya ALLAH
segala puji ku panjatkan atas nikmat kasih sayang yang ku rasakan.
dariMU untuk ku yang selalu tercurahkan,.
menghadirkan para kekasih tempat aku berbagi kisah.


Karena janjiMu yang tak pernah berubah,
karena rencanaMu selalu Indah,
dan karena kasih sayangMU tak pernah memilah..
hari- hari ku kini semakin berfaidah,tak ada celah untuk gelisah
senyumku selalu merekah,air mata jatuh hanya di atas sajadah


Para kekasih fiLLAH,,
terimakasih untuk lelahmu setelah singgah,
menyapa desah yang hampir punah
sekejap,,merubah resah menjadi kisah
Alhamdulillah,,!!


Para kekasih berhati fitrah,,
engkau sempurna dengan akhlak karimah
harmonis dalam istiqomah
setia bermuwajah
mengharap ridho ALLAH dalam setiap langkah


Para kekasih berparas indah,,
maafkanlah,,!!
maafkan ragaku yang lemah
hanya akan menyerah
dalam kesempatan kala berpisah


Para kekasih yang salehah,,
dalam catatan ini kita beristilah
bersama untuk menjalin ukhuwah
meniti hingga ajal menjemput ruhiyah
dan pulang dengan husnul khotimah

blog baru

alhamdulllah blog udah aktif ^^